Kekuatan Iman Tiada Tanding

iman

Kekuatan iman akan mendorong sesorang menjadi tabah saat berduka, bersyukur kala senang, berinfak ketika berlimpah harta, dan siap berjihad dan berdakwah. Alkisah, seorang guru terlibat dialog panjang dengan seorang muridnya tentang kekuatan paling besar di dunia. Sang murid berpendapat, kekuatan yang paling besar di dunia ini adalah kekuatan rudal dan bom nuklir.

Sang guru, sebagaimana ditulis Dr Yusuf Qardhawi dalam buku Min Ajli Shahwatin Raasyidah (1994), tidak menyalahkan pendapat muridnya itu. Namun ia menjelaskan, bahwa kekuatan dahsyat yang tidak akan terkalahkan itu sejatinya bukan rudal dan bom nuklir, melainkan iman. Yakni beriman kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya.

Rudal dan bom nuklir memang menjadi ukuran kekuatan sebuah negara. Negara yang memiliki persenjataan nuklir disegani negara lain. Kekuatan nuklir menjadi penyeimbang kekuatan negara-negara di dunia (balance of power). Amerika Serikat dan Uni Soviet terpaksa terlibat Perang Dingin, bukan perang terbuka, karena sama-sama memiliki nuklir. India dan Pakistan tidak berani perang terbuka karena sama-sama punya senjata nuklir.

Namun hakikat kekuatan bukan nuklir, melainkan keimanan. Karena keimanan adalah kekuatan yang didukung oleh Yang Mahakuat, Penguasa Alam Semesta, yakni Allah SWT. Iman adalah keyakinan akan eksistensi dan kekuatan Allah SWT yang selalu berpihak kepada orang-orang yang taat menjalankan perintah-Nya.

Israel memiliki senjata nuklir. Namun negara Yahudi itu tidak mampu menghadapi kekuatan iman para pejuang Palestina dengan aksi-aksi intifadhah-nya. Israel kesulitan mencari cara menghadapi aksi-aksi bom syahid (‘amaliyah istisyhadiah) kaum muda Muslim Palestina. Senjata nuklir menjadi tidak ada artinya tatkala dihadapkan dengan kekuatan iman kaum Muslim Palestina.

Umat Islam Indonesia juga mengedepankan kekuatan iman dalam menghadapi kekuatan kolonial. Sudah menjadi ungkapan klise, bahwa bangsa Indonesia –yang mayoritas Muslim– tidak memiliki senjata memadai untuk melawan kolonialisme. Hanya kekuatan iman yang mendorong umat Islam Indonesia mampu mengusir penjajah, dengan senjata alakadarnya.

Lantunan takbir, Allahu Akbar, yang digemakan Bung Tomo di Surabaya pada 1945, mampu menangkis serangan besar-besaran penjajah Belanda. Kekuatan iman memang menghadirkan pertolongan Allah SWT yang tidak mampu dicegah oleh siapa pun dan oleh kekuatan apa pun.

Maka, mari hadirkan dan terus tingkatkan keimanan dalam diri kita. Sirami selalu keimanan kita dengan mendalami ajaran Allah, membaca Alquran, mengikuti pengajian-pengajian atau ceramah agama, dan zikrullah setiap saat.

Kekuatan iman akan mendorong sesorang menjadi tabah dalam menghadapi musibah; bersyukur dalam menerima nikmat; berinfak ketika berlimpah harta; berbuat sesuatu untuk syiar Islam sesuai kesempatan dan kemampuan yang ada. Singkatnya, siap berjuang demi menegakkan syi’ar Islam, agar selamat dunia-akhirat.

Rasulullah SAW bertanya kepada sekelompok orang Anshar, “Apakah kamu semua orang-orang yang beriman?’ Mereka menjawab: ‘Ya, betul sekali’. Rasul bertanya lagi: “Lalu apa ciri-ciri bahwa kalian itu mukmin?’ Mereka menjawab: ‘Kami bersyukur jika kami memperoleh kelapangan, bersabar ketika ditimpa musibah, dan rela dengan ketetapan Allah SWT”.

Kekuatan iman akan mendorong seseorang mampu menghadapi godaan nafsu-setan; menahan diri dari berbuat maksiat; menahan diri dari perbuatan sia-sia; dan menahan diri dari perbuatan yang merugikan orang lain. Kekuatan iman akan menjadikan seorang mukmin berperilaku baik dalam pergaulannya. “Tidaklah seorang mukmin itu suka mencela, dan tidak pula suka melaknat, dan tidak keji mulut dan tidak berkata kotor” (HR Muslim).

Kekuatan iman mendorong seseorang mampu membaca situasi dan kondisi dengan benar. Kekuatan iman membuat pemiliknya mampu membaca tipu-daya musuh-musuh Allah terhadap umat Islam. Kekuatan iman pula yang menjadikan sesesorang tidak takut kepada siapa pun selain Allah SWT.

Kekuatan imanlah yang mendorong banyak saudara-saudara kita menjadi relawan di berbagai medan jihad. Kekuatan imanlah yang mampu mendorong seseorang mengorbankan harta dan nyawa demi membela nama baik agama Allah di muka bumi ini. Sebaliknya, karena ketiadaan dan kelemahan imanlah yang menjadi penyebab utama kekalahan umat Islam di berbagai front kompetisi dan petempuran.

Jika kekuatan iman itu tidak ada pada diri kita, maka kita hanya akan menjadi permainan musuh-musuh Allah. Kita akan mudah diadu-domba, tanpa sadar bahwa yang bersorak-sorai adalah musuh-musuh Allah.

Jika kekuatan iman itu tidak ada pada diri kita, maka pertolongan Allah tidak akan hadir untuk kita, dan kita terus menjadi korban kezaliman kaum kuffar. Jika kekuatan iman itu hilang pada diri kita, maka kita tidak akan mampu melihat adanya tipu-daya musuh-musuh Allah di sekitar kita. Kita pun akan celaka, dunia-akhirat.

Kekuatan imanlah yang memunculkan para pejuang Islam pembela kebenaran. Kekuatan imanlah yang menjadikan umat Islam sebagai umat terbaik yang berkarakter ‘amar ma’ruf nahyi munkar, selalu menegakkan kebenaran dan siap membasmi kebatilan yang merajalela dengan segala daya. Kekuatan iman pula yang akan menjadikan umat Islam saling kasih-mengasihi sesama Muslim dan bersikap tegas terhadap kaum kafir yang memusuhi Islam.

Kekuatan imanlah yang menjadikan umat Islam generasi awal menjadi mujahid fi sabilillah yang mampu menegakkan syi’ar Islam di muka bumi dan membelanya dari serbuan kaum kuffar. Ketaatan mereka dalam menjalankan perintah Allah, ketakwaan dan kesalehan, serta keikhlasan dalam berjuang mengundang datangnya intervensi Allah SWT yang menjadi penolong mereka dalam memperoleh kemenangan, sesuai dengan janji-Nya: Wahai orang-orang yang beriman! Jika kalian menolong (agama) Allah maka Allah akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian (QS. 47: 7).

Abu Bakar menyatakan: “Kamu orang-orang Islam tidak akan dapat dikalahkan karena jumlah yang kecil. Kamu pasti dapat dikalahkan walaupun mempunyai jumlah yang banyak melebihi jumlah musuh jikalau kamu terlibat di dalam dosa-dosa”.

Simak pula nasihat Umar bin Khatthab kepada pasukannya yang dikirim untuk menaklukkan Parsi. “Saya memerintahkan engkau dan pasukanmu untuk takut kepada Allah pada setiap saat karena takwa adalah senjata terbaik menghadapi musuh dan strategi terbaik dalam peperangan. Dan saya memerintahkanmu dan pasukanmu untuk takut melanggar perintah Allah SWT lebih dari ketakutanmu terhadap musuhmu. Jika sebuah pasukan lebih takut akan berbuat dosa daripada musuh mereka, Allah SWT akan memberikan kemenangan kepada mereka!” Wallahu a’lam bish-shawab.

Similar Posts