Qurban Dalam Sejarah Nabi

Qurban pada zaman nabi

Qurban — Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab ra. negeri Mesir baru saja di buka di bawah pimpinan Amr bin Ash ra. Negeri Mesir ketika itu ada suatu keyakinan untuk mengorbankan seorang gadis cantik setiap tahun kedalam sungai Nil agar sungai tersebut tidak banjir yang menyebabkan rakyat mesir menderita.

Hal itu di beritakan oleh Amr bin Ash ra. kepada khalifah Umar bin khattab ra. kemudian Umar membalas berita tersebut dengan mengirim secarik kertas yang di lemparkan ke dalam sungai Nil sebagai ganti gadis tersebut. Isi surat terrsebut sebagai berikut: “Wahai sungai Nil kamu adalah makhluk dari makhluk Allah maka mengalirlah sebagaimana telah di perintahkan oleh Allah kepada mu”

Dari cerita itu terlihat bahwa sebuah keyakinan menjadikan manusia mau untuk “berqurban” walaupun pengorbanan tersebut harus memakan korban seorang manusia.

Dan sekarang kita sudah mendekati sebuah bulan yang di dalamnya di sunnahkan bagi kita untuk melakukan “Qurban”. Syari’ah Qurban di dalam agama Islam merupakan suatu hal yang sarat dengan nilai-nilai, karena ibadah ini menunjukkan kebaikan-kebaikan pada pribadi yang melaksanakannya, di antaranya:

1. Bukti Kesejatian Iman.
Keimanan bukanlah suatu khayalanan dan angan-angan, namun iman adalah sebuah realita yang harus membumi dalam tataran prilaku. Karena keimanan terdiri dari tiga unsur, keyakinan dalam hati, di ucapkan dengan lisan dan di realisasikan dengan perbuatan. Tanpa ketiga dimensi ini Iman tidak akan pernah sempurna.

2. Bukti kepasrahan diri kepada Allah SWT.
Hal ini terbukti ketika Allah SWT mensyariatkan qurban pertama kali kepada Nabi Ibrahim as. sebagai mana Allah SWT beritakan dalam Surah Ash-Shoffat ayat 103: “Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipis”

Apa yang tersisa setelah itu? mereka telah pasrah, dengan melaksanakan perintah rabb mereka, Ismail telah tertelungkup di atas tanah, sedang ayahnya Nabi Ibrahim as sudah siap dengan genggaman pisaunya tanpa ada keraguan sama sekali di dalam hatinya tidak ada yang tersisa kecuali penyembelihan! Apakah penyembelihan tersebut yang Allah inginkan? Tidak! sama sekali tidak! yang Allah inginkan adalah kepasrahan yang haqiqi dari mereka kepada khaliknya.

3. Bukti Kepedulian kepada sesama.
Kedermawanan merupakan salah satu sifat yang menonjol pada pribadi Nabi Ibrahim as. hal itu sebagaimana tertulis di sejarah bahwa ia tiap kali hendak makan selalu mencari orang untuk di ajak makan bersamanya. Begitu pula dengan syariah qurban yang merupakan sunnah bapak para Nabi ini, sangat sarat dengan nilai nuansa sosial. Karena dalam ilmu Fiqih di katakan bahwa sebagian besar daging tersebut harus di berikan kepada fakir miskin, bahkan Hujjatul Islam Al-Imam Al-Ghozali berpendapat agar semua daging tersebut di sedekahkan kepada yang berhaq.

Namun ketiga hal itu tidak akan terealisir apabila tidak di bingkai dengan dua hal : Pertama, Ketaqwaan, sesuai dengan firman Allah Swt “Daging-daging unta dan darahnya tersebut tidak akan sampai kepada Allah swt, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang akan sampai” (QS.Al Hajj (22): 37)

Kedua, Kesucian Hati, Inilah rahasia keberhasilan Nabi Ibrahim sehinggga ia mampu dan mau untuk pasrah mengorbankan apa saja demi melaksanakan perintah robnya. “Ingatlah ketika ia datang kepada rabbnya dengan hati yang suci” (QS Ash Shoffat: 85)

Kesucian hati dari riya, sum’ah, sombong serta penyakit penyakit hati yang lain akan menjadi bumerang bagi nilai keimanan dalam diri kita.Wallahu a’lam

Similar Posts