Iman Kepada Para Rasul | Bagian 1

iman kepada rasul

Ar-Rusul bentuk jamak dari kata “rasul”, yang berarti orang yang diutus untuk menyampaikan sesuatu. Namun yang dimaksud “rasul” di sini adalah orang yang diberi wahyu syara’ untuk disampaikan kepada umat. Rasul yang pertama adalah Nabiyullah Nuh, dan yang terakhir adalah Nabiyullah Muhammad. Allah berfirman, yang artinya:

“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya…” (An Nisaa 163)

Anas bin Malik dalam hadits syafaat menceritakan bahwa Nabi Muhammad mengatakan, nanti orang-orang akan datang kepada Nabi Adam untuk meminta syafaat, tetapi Nabi Adam meminta maaf kepada mereka seraya berkata “Datangilah Nuh, rasul pertama yang diutus Allah…” (Al Bukhari)

Allah berfirman tentang Nabi Muhammad, yang artinya:
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al Ahzab 40)

Setiap umat tidak pernah sunyi dari nabi yang diutus Allah yang membawa syariat khusus untuk kaumnya atau dengan membawa syariat sebelumnya yang diperbarui. Allah berfirman:

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut…” (An Nahl 36)

“Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.” (Fathir 24)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi…” (Al Maaidah 44)

Para rasul adalah manusia biasa, makhluk Allah yang tidak mempunyai sedikit pun keistimewaan rububiyah dan uluhiyah. Allah berfirman tentang Nabi Muhammad sebagai pimpinan para rasul dan yang paling tinggi pangkatnya di sisi Allah.

“Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (Al A’raaf 188)

“Katakanlah: “Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatan pun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfaatan. Katakanlah: “Sesungguhnya aku sekali-kali tidak seorang pun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali tidak akan memperoleh tempat berlindung daripada-Nya.” (Al Jin 21-22)

Para rasul juga memiliki sifat-sifat kemanusiaan, seperti sakit, mati, membutuhkan makan dan minum, dan lain sebagainya. Allah berfirman tentang Nabi Ibrahim yang menjelaskan sifat Rabbnya, yang artinya:

“dan Rabbku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali)…” (Asy Syu’araa 79-81)

Nabi Muhammad bersabda:
“Aku tidak lain hanyalah manusia seperti kalian. Aku juga lupa seperti kalian. Karenanya, jika aku lupa, ingatkanlah.”

Allah menerangkan bahwa para rasul mempunyai ubudiyah (penghambaan) yang tertinggi kepada-Nya. Untuk memuji mereka, Allah berfirman tentang Nabi Nuh, yang artinya:

“…dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” (Al Israa 3)

Allah Ta’ala juga berfirman tentang Nabi Muhammad, yang artinya:
“Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al Furqan (Al Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (Al Furqan 1)

Allah juga berfirman tentang Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq, dan Nabi Yaqub, yang artinya:

“Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Yaqub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.” (Shaad 45-47)

Allah juga berfirman tentang Nabi Isa bin Maryam, yang artinya:
“Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil.” (Az Zukhruf 59)

Similar Posts