Sulitnya Menjadi Pribadi Yang Istiqomah

pribadi yang istiqomah

Mengajak kepada kebaikan itu bukan perkara mudah, ketika kita melakukan kegiatan-kegiatan rutinitas kita saja belum tentu kita dapat ber istiqomah.

Kadang-kadang kita merasakan sendiri, bahwa kegiatan ibadah yang kita lakukan selama ini kebanyakan bersifat temporal. Jadi ibadah yang dilakukan hanya sesuai kebutuhan atau keinginan kita saja.

Ketika kita mendapat suatu ujian atau cobaan dari Allah yang kita tidak menyenangi ujian atau cobaan tersebut, kita bisa semakin dekat kepada Allah ta’ala.

Namun ketika ujian dan cobaan itu telah berlalu dan kita mendapatkan kesenangan yang diinginkan, kita mulai lalai, lengah dan lupa kepada Allah ta’ala.

Kewajiban kita sebagai makhluk Allah dan Umat Rasulullah ﷺ bukan hanya melakukan sesuatu perkara yang bersifat wajib saja. Ketika kita melaksanakan sholat wajib yang lima waktu dan dilakukan dengan tepat waktu, itu merupakan sesuatu yang biasa bagi seseorang yang beriman, karena hal tersebut merupakan sebuah kewajiban yang memang harus dilaksanakan.

Tetapi bagaimana sangat luar biasanya apabila hal-hal yang wajib tersebut kita hiasi dengan hal-hal yang sunnah. Nah, hal itulah yang seharusnya terus kita lakukan dengan istiqamah, dengan mengerjakan perkara yang sunnah dengan tidak membengkalaikan perkara wajib. Seperti melakukan sholat dhuha, tahajud, sedekah dan perkara-perkara sunnah lainnya.

Namun yang harus kita perhatikan dan berhati-hati yaitu apakah kita sudah istiqamah atau belum. Mungkin hari ini kita melakukan perkara-perkara tersebut, namun besok tidak ada jaminan kita masih melakukannya.

Karena memang menjaga keistiqomahan dalam beribadah kepada Allah itu tidaklah mudah, perlu perjuangan dan keikhlasan dan itu sesuatu yang berat bagi yang tidak ikhlas. Padahal Allah telah menyampaikan dalam surat Asy-Syam ayat 8 :

فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”,

Oleh karenanya Allah telah mengilhamkan kepada setiap insan manusia dalam hatinya itu untuk memilih kebaikan dan keburukan.

Jadi ketika seseorang itu memilih jalan kehidupan yang baik dan istiqamah dalam kebaikan, maka Al-Quran akan menjadi panglima dan imam dalam kehidupannya.

Tetapi ketika kita tidak menjadikan Al-Quran dan Sunnah sebagai pedoman hidup, rujukan dan panglima dalam kehidupan pasti kita akan lalai dalam beribadah kepada Allah ta’ala.

Saat kita mulai lalai dalam beribadah kepada Allah, maka itu akan berimplikasi terhadap perbuatan yang kita lakukan

Similar Posts